Walaupun telat, tapi tetap disampaikan…
Happy New Year 2012
Hmmm..sudh lama banged ga nge’blog, sampai sampai dah banyak lumut dan rumput-rumput yang tumbuh di blog tersayang ini *sambilbersih2blog.
Well sebelum cerita cerita tentang jalanjalan kita kemaren ke puncak, sedikit mau kilas balik dulu deh hehe, sekali lagi-walaupun udah bassi. Tahun 2011 kita lewati dengan warna warni kehidupan, ya normatif seperti juga yang dialami orang orang pada umumnya. Tidak begitu banyak yang berubah dari kehidupan kami; saya masih bekerja di tempat yang dulu, nina juga masih kerja ditempatnya dulu yang notabene juga tempat awal pertemuan kita >:D<, Ara juga tumbuh dan berkembang seperti anak anak pada umumnya, alhamdulillah tambah pintar, tambah tinggi, tambah cerewet :), lari-lari, cuma kadang kadang kl lagi asyik main makannya agak susah. Jadi mesti diajak keliling2 dulu baru mau makan. Alhamdulillah akhir tahun kemaren dapat bonus dari kantor yang jumlahnya alhamdulillah 🙂 Yang jelas terasa perbedaannya, sekarang dirumah kita terasa rame semenjak kehadiran sang putri cantik kami, Nazcara Eldilia Anindta yang saat ini umurnya sudah 1 tahun 4 bulan. Semoga tambah sehat dan tambah pintar ya sayang, amin.
Kembali ke tukul, eh topik utama. Ya, minggu kemaren, tepatnya tanggal 29 Januari 2012 kami mendapat undangan dari salah seorang teman dekat dulu waktu di IPB. Kebetulan acara kondangannya dimulai dari jam 11 sampai jam 2 siang. Sehari sebelum berangkat kita udah sepakat kalau pengen sekalian ngajakin ara dan mbah (belakangan ternyata mama ara juga) untuk main ke Kota Bunga for their first time. Kenapa Kota Bunga, karena menurut saya masuk kesana ga bayar 😀 (memang kalau darah padang ya seperti ini, selalu ada type data currency untuk setiap event, hehe). Perjalanan dimulai pukul 6 pagi dari Cikarang. Malam sebelum berangkat kita sudah siap-siap dengan bawaan dan makanan yang akan dibawa. Tak lupa gitar Yamaha kesayangan sudah masuk dibagasi. Arus lalulintas dari Cikarang menuju Bogor terpantau lancar, kecepatan rata-rata di 90 kpj.
Keluar tol Jagorawi menuju puncak, arus kendaraan yang naik dan turun mulai banyak. Karena tidak berpengalaman mengendarai kendaraan 4 wheel didaerah puncak, membuat kami terjebak dalam sistem jalur satu arah. Coba kalau kita ga singgah di Indomart dulu, kemungkinan kita ga kena arus OneWay dari atas. Tapi tidak apa apa, sembari istirahat dan menyambung sarapan pagi yang tadi sempat tetunda, kira kira setengah jam jalur normal kembali diberlakukan dan perjalanan kita lanjutkan. Hamparan kebun teh disisi kiri-kanan jalan tidak begitu kelihatan karena kabut tebal dan hujan yang turun. Jarak pandang yang hanya terbatas pada 2 kendaraan didepan membuat penumpang agak cerewet.
Melewati puncak pas, masih dengan kondisi jalan basah dan berkabut. Hamparan perkebunan teh yang seharusnya menjadi daya tarik pengunjung tidak dapat kami nikmati. Turunan tajam dan berkelok menimbulkan kesenangan tersendiri bagi saya selaku pengendara, terlebih karena kendaraan yang kami bawa adalah sedan, sehingga gejala bodi limbung tidak terasa. Sesampainya di Kota Bunga, jejeran vila dengan arsitektur beraneka rupa berjejer rapi seakan menyambut kedatangan kami. Dinginnya hawa puncak dan rintik hujan yang turun membuat kami tidak bisa turun dan menggelar tikar, yang sedianya sudah disiapkan beserta spagheti dan makanan lain. Setelah berkeliling2 menyaksikan perpaduan arsitektur manusia dan alam, kami berhenti didepan little venice, kebetulan hujan sudah mulai reda. Nina, ara dan mbah memutuskan untuk turun sambil naik kereta dan melihat lihat. Saya mencoba merebahkan diri barang beberapa menit, tertidur, pulas. Setelah bangun, lontong sayur dan bakso urat menjadi menu pendamping. Ah sial sekali, kamera yang sudah dibawa dari rumah dan baru dibeliin batrai baru tidak berfungsi *hufp. Kira kira 1 jam bermain disekitaran little venice, kita putuskan untuk “turun gunung” menuju kediaman kedua mempelai yang sedang berbahagia. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, ternyata jalur satu arah menuju puncak sedang diberlakukan. Alhasil kami mesti menunggu untuk kesekian lama sambil ditemani rintik hujan dan kabut puncak. Selang 1 jam lebih menunggu akhirnya kami bisa melaju dengan kecepatan normal. Berhubung perut sudah lapar, maka kendaraan langsung saya parkir disalah satu restoran dengan halaman parkir yang cukup luas. Belakangan baru kita sadari ternyata restoran tersebut umumnya menghidangkan masakan khas timur tengah. Tamu tamu yang datang juga tampang arab semua, dengan bahasa nya wan abud…zumfah….ana zuzur. Untungnya mereka masih menyisakan satu menu indonesia, yaitu nasi timbel komplit. Tidak apa apalah, toh perut ini sudah lapar. EH ternyata nasi timbelnya enak banged, khususnya ayam gorenya dan sambelnya. Ara aja betah banged makanin ayam gorengnya.
Mengingat jadwal kondangan sudah lewat, maka saya hubungi Diki untuk tidak sempat menemuinya di gedung tempat resepsi diadakan, melainkan langsung kerumahnya saja di daerah Budi Agung. Pukul 6 sore kami sampai didaerah Budi Agung, daerah yang sudah tidak asing bagi saya karena dekat dengan mesjid daerah dan lapangan basket tempat kami latihan dulu sewaktu masih muda (ya, sekarang sebenarnya juga masih muda, ngeces eh ngeles). Setelah ngobrol2 sama orang tua diki dan istrinya, ternyata saya baru tau kalau Diki sedang mengantar saudaranya kedaerah Grogol, which is tidak memungkinkan kami untuk bertemu dan ngobrol. Tidak apa apa, yang jelas kewajiban menghadiri undangan sudah selesai. Sholat maghrib+isya, kemudian dilanjutkan pulang ke Cikarang. Eits sebelum pulang kita makan malam direstoran Saung Kuring. Ara senang banged main disana karena bebas melihat ikan dan main ayunan. Nanti insyA papa bikinin ara ayunan mirip di restoran itu yah, masalahnya papa juga suka 🙂
Sampai dirumah kira kira pukul setengah sepuluh malam, bersih bersih+ngobrol2 dikit ama tetangga dan……tidur
-papa ara-